PERCAYA DIRI DAN ZEIGARNIK EFFECT DALAM OLAHRAGA

Pendahuluan
Untuk bias berpresatsi tinggi dalam cabang olahraga, atlet harus mempunyai kondisi fisik dan mental prima, artinya atlet harus memiliki kesiapan fisik maupun mental sebelum bertanding.

Konsep dasar percaya diri
1. Kesiapan Mental Dalam Pertandingan
dalam menghadapi suatu pertandingan mental atlet perlu disiapkan, sehingga seluruh kemampuan jiwanya baik akal, kemauan, dan perasaannya siap menghadapi tugas-tugasnya dari segala kemungkinan.

2. Ketakutankan Gagal
ketakutan yang dirasakan atlet seperti ketakutan gagal dalam menghadapi pertandingan merupakan sesuatu yang wajar, karena apabila atlet ingin berprestasi dengan sebaik-baiknya dan ingin menang dalam pertandingan (harapan untuk sukses) maka hal tersebut akan muncul dalam diri atlet.

3. Konsep Dasar Percaya Diri
atlet yang kurang percaya diri berarti meragukan kemampuan dirinya, ini merupakan bibit ketegangan khususnya pada waktu menghadapi pertandingan. Begitu juga dengan over confidence akan terjadi manakala atlet menilai kemampuan dirinya melebihi kemampuan yang dimiliki lawan. Ini akan berakibat kurang menguntungkan, karena atlet sering “anggap enteng” lawan dan sering merasa tidak akan terkalahkan.

4. Manfaat Percaya Diri pada Diri Atlet
percaya diri dpat ditandai dengan tingginya harapan untuk sukses. Percaya diri dapat membantu atlet dalam aspek
- positive emotion
- concentration
- goals
- effort
- game strategy
- momentum.


optimal confidence dan teknik membangun kepercayaan diri
1. optimaliasasi kepercayaan
percaya diri merupakan penentu kritis pada penampilan, percaya diri yang optimal, atlet dapat mencapai tujuan dengan kerja keras. Atlet selalu berpenampilan baik, tetapi atlet tetap berusaha untuk mencapai denagn kemampuannya. Atlet bisa saja melakukan beberapa kesalahan dan keputusan yang salah, hilang konsentrasi, tetapi dengan kepercayaan yang kuat pada diri sendiri akan membantu memperbaiki kesalahan secara efektif, dan tetap bekaeraja keras untuk mencapai keberhasilan.

2. hubungan antara percaya diri dengan zeigamik effect
zeigamik effect yaitu penampilan yang berakhir dengan kegagalan dan dirasakan tidak dapat diselesaikan secara baik, dan dapat membayangi tingakah laku atlet tersebut sehingga berdsampak negatif terhadap penampilannya. Pelatih harus mampu menghadapi atlet yang kurang memiliki percaya diri, sehingga membantu altet merasakan identitas dirinya (sense of identity) yaitu lebih memahami apa yang terjadi terhadap dirinya. pelatih mempunyai peran untuk memberikan penilaian secara rasional, yang ditekankan bahwa kekalahan dan kemenangan adalah wajar dalam olahraga. Sehingga memberikan dampak positif untuk membangkitkan motivasi atlet dalam mengahadapi masa depan daripada menuangakan kegagalan yang dialaminya.

3. teknik membangun percaya diri
Percaya diri dapat ditingakatkan dengan menerapkan teknik, yaitu:
- performance accomplishment
- acting confidently
- thingking confidently
- imagery
- physical conditioning
- preparation.
By Tugas

PENETAPAN TARGET / TUJUAN (GOAL SETTING) DALAM OLAHRAGA

Pendahuluan
Penetapan target / tujuan (goal setting) dalam olahraga amat penting bagi perkembangan keperibadian para atlet dan dapat menjadi suatu strategi psikologis dalam meniti dan meraih prestasi puncak.
Konsep dasar goal setting dalam olahraga
1. Konsep Dasar Tentang “goal setting”
“Goal setting” dipandang sebagai salah satu teknik dan strategi psikologis untuk membantu atlet mengembangkan keperibadian dan untuk mencapai prestasi.
2. Teori Tentang Hubungan “goal setting” dengan Prestasi
puncak. Ada dua pendekatan teori untuk menggambarkan bagaimana suatu tujuan mempengaruhi prestasi kerja pada umumnya, yaitu:
a. teori mekanistik, bahwa tujuan – tujuan dapat mempengaruhi prestasi kerja dalam beberapa cara:
- tujuan dapat mengarahkan perhatian dan tindakan pelakunya kepada aspek kepentingan tugas
- tujuan dapat membantu para pelakunya menggerakan usahanya
- tujuan- tujuan tidak hanya meningkatkan usaha jangka pendek, tetapi juga membantu usaha jangka panjang, atau meningkatkan ketekunan seseorang
b. teori kognitif, memfokuskan terhadap bagaimana “goal setting” mempengaruhi prestasi kerja dalam lingkungan olahraga.
3. beberapa penelitian tentang kefektifan “goal setting”
Hasil penelitian menunjukan bahwa “goal setting” jelas memmudahkan dalam pencapaian prestasi seseorang. Olah karena itu, dalam beberapa review tentang hasil-hasil penelitian psikologis secara jelas menujukkan bahwa “goal setting” merupakan suatu teknik yang kokoh untuk meningkatkan prestasi kerja.

petunjuk praktis dalam menetapkan tujuan
1. petunjuk praktis penetapan target / tujuan (goal setting)
untuk merancang atau menetapkan target / tujuan “goal setting”, ada beberapa langkah yang harus ditempuh sebagai petunjuk praktis, yaitu:
- tetapkan target / tujuan yang akan dicapai dalam rumusan yang operasional (menggunakan terminologi perilaku yang dapat diukur)
- tetapkan target / tujuan yang memiliki tingakat kesulitan, namun realistic
- tetapkan target / tujuan jangka pendek dan jangka panjang
- tetapkan target / tujuan penampilan yang dibandingkan dengan target / tujuan yang akan dicapai
- tetapkan target / tujuan untuk latihan dan untuk pertandingan
- tetapkan target / tujuan yang positif dibandingkan dengan target / tujuan yang negatif
- identifikasi target harian untuk mencapai target / tujuan akhir
- identifikasi strategi-strategi pencapaian target / tujuan yang telah ditetapkan
- catatlah target / tujuan yang telah berhasil dicapai
- lakukanlah evaluasi terhadap target / tujuan baik yang berhasil dicapai ataupun yang tidak berahasil dicapai
- sediakan system pendukung untuk mencapai target / tujuan tersebut



2. dampak psikologis pendidikan jasmani dan olahraga terhadap beberapa aspek keperibadian atlet dan yang bukan atlet
mengacu pada klasifikasi jenis kegiatan olaharga, hasil penelitian diarhkan kepada cabang-cabang olahrag beregu, perorangan, paralel, dan langsung, dengan menggunakan pola pikir berdasarkan karakteristik keperibadian. Hasil penelitian menunjukan cabang olahraga beregu (lebih pencemas, lebih berketergantungan, kurang sensitive-imajinatif, lebih terbuka, lebih berpikir objektif) daripada cabang olahraga perorangan. Cabang olahraga langsung (lebih bebas, kurang memiliki kekuatan ego) daripada cabang olahraga paralel. Cabang olahraga beregu (kurang berpikir abstrak, lebih terbuka, lebih ketergantungan, lebih memiliki kekuatan ego) daripada bukan olahragawan. Cabang olahraga perorangan (kurang berpikir abstrak, kurang pencemas, lebih bebas, lebih objektif) daripada bukan olahragawan. Cabang olahraga langsung (kurang berpikir abstrak, lebih terbuka, lebih objektif, lebih bebas) daripada bukan olahragawan. Cabang olahraga paralel (kurang berpikir abstrak, kurang pencemas, kurang bebas, lebih memiliki kekuatan ego) daripada bukan olahragawan.

By Tugas

Tahapan model-model dan teknik pelatihan mental

Pendahuluan
Berkenaan dengan kondisi mental atlit,tentu tidak boleh dianggap sepele dalam pembinaan atlet secara menyeluruh.karena semakin tinggi kejuaraan yang diikuti oleh seorang atlit, dan ketika kondisi fisik, teknik dan taktiknya dalam kondisi prima, maka kondisi mentallah yang amat menentukan.
Kegiatan belajar 1
Model-model dan teknik pelatihan mental
1. model-model pelatihan mental
a. model-model pelatihan pengurangan kepekaan (desensitization training)
Tujuan pelatihan pengurangan kepekaan ini adalah untuk meningkatkan kekebalan perasaan seseorang yang terlalu sensitive dalam menerima stimulus dari linkungannya.seperti teknik untuk mengurangi anxiety yang berlebihan pada individu-individu yang memperlihatkan gejala ketakutan dalam menghadapi berbagai situasi, antara lain seperti teknik-teknik yang disajikan dibawah ini:
model pengurangan kepekaan dari cratty
Dalam teknik ini pelatih terlebih dahulu membuat suatu daftar urutan orang-orang, barang-barang, benda ataupun situasi yang menyebabkan atlet merasa bimbang, takut, dan cemas. Harsono memberikan contoh hirarki anxiety tersebut sebagai berikut:
penyebab anxiety tinggi:
• permulaan pertandingan yang menentukan
• munculnya saingan utama
• beban atau sasaran yang ditentukan oleh KONI.
• Sasaran yang ditentukan oleh pelatih

Penyebab anxiety moderat:
• munculnya lawan dilapangan
• memasuki lapangan yang asing
• melihat lawan warming up
• hadirnya penonton asing
• hadirnya orang tuanya
penyebab anxiety rendah
• tes-tes ujicoba
• latihan daya tahan
Dalam teknik ini pertama-tama atlet dihadapkan kepada situasi yang membangkitkan anxiety yang paling rendah kepadanya dan menyuruhnya membiasakan diri terhadap situasi demikian.
b. model pelatihan rileksasi
1.teknik progressive muscle relaxation dari Jacobson.
“progressive muscle relaxation technique” dari Edmond Jacobson (vanek dan cratty: 1970)seorang dokter amerika adalah salah satu teknik untuk belajar mengontrol otot-otot.jacobson berpendapat bahwa ada hubungan langsung dari system otot ke emosi orang.
2. Teknik respon bebas – anxiety
Prosedur teknik ini adalah sebagai berikut:
Pertama-tama atlet dimasukkan kedalam situasi yang menimbulkan kecemasan padanya. Kemudian situasi tersebut dihapus dengan suatu stimulus eksternal, missal: bunyi bel, peluit, teriakan ringan dari pelatih. Maksudnya adalah segera atlet mendengar stimulus eksternal tersebut atlet diminta untuk segera pula rilex.
1. Teknik autogenic relaxation
autogenic training lebih menekankan pada self-suggestion kepada diri sendiri (gauron 1984)
2. Teknik-teknik pelatihan mental
a. teknik pelatihan mental pendahuluan
(1) teknik latihan pernapasan
Ditujukan untuk:
• membina kesehatan jasmani
• relaksasi
• konsentrasi
• membangkitkan tenaga dasar disertai meditasi dengan cara tertentu
Beberapa keuntungan pernapasan yang dikembangkan PINASTI (Pembinaan nafas sehat indonesia) :-waktu pernapasan menjadi lebih panjang
• seluruh bagian paru-paru dapat berkembang
• paru-paru bagian atas dan bawah menjadi lebih bebas
• secara kuantitas dan kualitas pernapasan paru-paru adalah lebih baik.
(2) teknik latihan pernapasan dalam(deep breathing)
Latihan pernapasan dalam dapat juga dipakai untuk menenangkan orang.tekniknya bermacam-macam. Akan tetapi prinsipnya sama, yaitu ambil nafas sedalam-dalamnya dan keluarkan sebanyak-banyaknya.
(3) teknik latihan konsentrasi

Menurut unestahl (1986) konsentrasi dapat didefenisikan sebagai suatu peningkatan perhatian terhadap sejumlah stimulus yang berkurang.
Eugene f. gouron, (1984) mengemukakan ciri-ciri konsentrasi sebagai berikut:
-tertuju pada suatu benda pada suatu saat
-merupakan keseluruhan
-perhatian selektif terhadap objek atau pemikiran tertentu
-menenangkan dan memperkuat mental
Kegiatan belajar 2
Praktek model dan pelatihan mental
praktik teknik latihan relaksasi
a. latihan relaksasi berdasarkan pengalaman praktis Robert M. Nideffer
Nideffer (1981) mengemukakan pengalaman praktis mengenai prosedur relaksasi, yang telah dilakukan terhadap para atlet.
b. prosedur pelatihan relaksasi “autogenic”
secara sederhana dapat dilakukan sebagai berikut: (istirahat 10 detik setelah setiap kalimat). Latihan ini dilakukan sambil berbaring di lantai, tungkai lurus, dengan lurus disamping badan.
by Tugas

DISIPLIN DAN KONTROL DIRI DALAM OLAHRAGA

Pendahuluan
Kehidupan social adalah kehidupan yang penuh dengan nilai – nilai. Orang yang memiliki sifat disiplin terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai – nilai yang berlaku, yaitu nilai – nilai yang tertuang dalam bentuk: ketentuan, tata tertib, aturan, tatanan hidup, atau kaidah kaidah tertetu.
Disiplin dalam bidang olahaga ini harus dimiliki oleh setiap atlet yang bertujuan untuk mencapai prestasi maksimal, dan disiplin tersebut dapat ditingakatkan menjadi disiplin diri.

Konsep Dasar Dan Jenis Disiplin Dalam Olahraga
1. Konsep Dasar Disiplin dan Penguasaan Diri
Disiplin pada hakekatnya adalah taat dan rasa tanggung jawab untuk tidak melanggar ketentuan, tata tertib dan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masayarakat (Sudibyo, 1989). Disiplin dalam olahraga, berarti taat dan tanggungjawab terhadap ketentuan, tata tertib, program latihan, peraturan pertandingan, dan nilai-nilai yang berlaku dalam pertandingan.
Beberapa indikator bahwa atlet memiliki penguasaan diri (self control), diantranya:
- atlet mampu melakukan sesuatu dengan baik dala mpertandingan besar seperti yang atlet lakukan dalam pertandingan biasa
- atlet mampu kembali bergairah dan termotivasi setelah mengalami kekalahan atau mendapat hukuman
- atlet mampu mengotrol tabiat yanga didorong emosi, selalu bertindak positif dan dewasa terhadap pelatih dan teman anggota tim
- atlet mampu menghadapi ketegangan dengan tidak melakukan sikap-sikap dan tindakan negatif dalam bermain
- atlet selalu tenang dan penuh percaya diri dalam situasi tertekan.

2. Jenis- jenis Disiplin
Disiplin dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu, disiplin semu dan disiplin diri. Disiplin bukan sikap yang diabawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat kepribadian sejak lahir turut menentukan.

3. Perkembangan Disiplin
Perkembangan disiplin mengandung kepatuhan / ketaatan pada nilai-nilai, harus dimulai sejak masa kanak-kanak, artinya disiplin harus dipelajari sejak dini. Karena disiplin banyak dipengaruhi oleh pengalaman sekitar khususnya pengaruh pendidikan. Oleh karena itu, perkembangan disiplin harus diperhatikan sejak kanak-kanak. Pengetahuan tentang baik dan buruk, betul dan salah, perbuatan terhormat dan tercela, merupakan sendi penanaman disiplin, terutama bagaimana seseorang bersikap dalam menghadapi hal tersebut. Penanaman disiplin harus dilakukan terus-menerus, karena disiplin seperti sikap manusia yang selalu berubah-ubah dan dapat dipengaruhi.

Teknik menanamkan disiplin
1. Peranan pelatih dalam menanamkan disiplin
Pelatih dan Pembina dalam menanamkan disiplin atletnya memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai prestasi maksimal. Pelatih mempunyai kebebasan dan bertanggungjawab untuk menetapkan mana yang baik bagi tim. Pelatih tidak mengabaikan kebebasan atlet, bebas untuk menerima atau menolak. Hal inilah yang merupakan penilaian terhadap profesi pelatih.

2. Teknik-teknik menanamkan disiplin
Teknik menanamkan disiplin adalah tanamkan kepatuhan yang didasarkan pada pemahaman dan kesadaran, rasa tanggungjawab, kesanggupan menguasai diri, dan mengutamakan kepentingan orang lain. Menanamkan disiplin tidak harus dengan otoriter ataupun tindakan kekerasan.

3. Petunjuk praktis dalam menanamkan disiplin
Petunjuk praktis yang harus diperhatikan dalam menanamkan disiplin, yaitu:
- usaha preventif lebih baik daripada memperbaiki yang kurang disiplin
- membuat acara yang padat yang menarik minat atlet
- memberikan pujian dan pengahargaan terhadap atlet yang disiplin
- memperhatikan perbedaan individual untuk memberikAn perlakuan yang tepat
- usahakan tidak memberikan hukuman kepada atlet yang sensitif
- memperhatikan perasaan anggota tim pada waktu memberikan perhatian terhadap salah satu anggota tim
- hindarkan perbedaan pendapat atau pertentangan antara pelatih dan atlet
- setelah melakukan hukuman harus segera bertindak normal kepada atlet yang melakukan kesalahan
- jangan menghukum seluruh pemain apabila kesalahan hanya dilakukan oleh salah satu pemain.


Media Pembelajaran OR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Media pembelajaran adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bagaimana bentuk dan cakupan Media Pembelajaran? Bagaimana pula alur analisis penyusunan media pembelajaran? Media Pembelajaran memiliki peran yang strategis dalam proses pembelajaran. Di tangan seorang guru yang kompeten, Media Pembelajaran dapat berkembang menjadi sesuatu yang menarik dan memotivasi siswa untuk belajar;. Dengan kata lain, gurulah yang mampu mengelola bahan ajar menjadi sesuatu yang menarik dan memotivasi. Di satu pihak, sistem pendidikan yang berlaku juga menuntut seorang guru untuk mampu mengembangkan media pembelajaran dengan memanfaatkan beragam sumber yang ada untuk membantu siswa mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pengembangan media Pembelajaran sejalan dengan tuntutan untuk mengembangkan kurikulum dan silabus. Media pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Media pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Secara garis besar langkah-langkah pemilihan media pembelajaran meliputi :
a) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan media pembelajaran.
b) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.
c) Memilih media pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi.
d) Memilih sumber bahan media pembelajaran.
B. Tujuan
Penggunaan standing board jump pada saat pembelajaran melompat adalah untuk membantu siswa dalam mendapatkan daya ledak pada otot tungkai sehingga lompatan yang dilakukan hasilnya memuaskan, disamping itu juga dapat digunakan untuk memotivasi siswa agar tertantang dalam melakukan lompatan.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari media pembelajaran standing board jump ini adalah:
1. Untuk para guru olahraga, media pembelajaran ini dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi terutama hal hal yang berkaitan dengan melompat serta kegunaan lainnya yaitu untuk melakukan instrument tes daya ledak otot tungkai pada level atas.
2. Untuk para siswa, yaitu menumbuhkan motivasi dan rasa keingintahuan tentang melompat kemudian mencoba serta mengaplikasikan pada kegiatan olahraga terutama pada kegiatan melompat.
3. Untuk para pemerhati olahraga, agar dapat digunakan sebagai alternative pengembangan progam pelatihan fisik.

BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
B. Fungsi Media
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

C. Jenis Media

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya :
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
D. Peran Media Pembelajaran
Tentunya Anda tahu bahwa peran media sangat strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Kemp dkk (1985) menjabarkan peran media di dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a. Penyajian materi ajar menjadi lebih standar.
b. Penyusunan media yang terencana dan terstruktur dengan baik membantu pengajar untuk menyampaikan materi dengan kualitas dan kuatitas yang sama dari satu kelas ke kelas yang lain.
c. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
d. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif
e. Materi pembelajaran dapat dirancang, baik dari sisi pengorganisasian materi maupun cara penyajiannya yang melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif di dalam kelas.
f. Media dapat mempersingkat penyajian materi pembelajaran yang kompleks, misalnya dengan bantuan video. Dengan demikian, informasi dapat disampaikan secara menyeluruh dan sistematis kepada siswa.
g. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
h. Penyajian pembelajaran dengan menggunakan media yang mengintegrasikan visualisasi dengan teks atau suara akan mampu mengkomunikasikan materi pembelajaran secara terorganisasi. Dengan menggunakan media yang lebih bervariasi, maka siswa akan mampu belajar dengan lebih optimal.
i. Dengan media yang makin lama makin canggih maka kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi bisa di mana saja. Misalnya, dengan teleconference pengajar dari luar kota bisa memberikan materinya, atau dengan CD peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran melalui media secara mandiri sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini seperti halnya Anda yang jarak jauh bisa menggunakannya.
E. Prinsip-Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Sudirman (1991) mengemukakan tiga kategori prinsip pemilihan media pembelajaran sebagai berikut.
a. Tujuan Pemilihan. Pemilihan media yang akan digunakan harus didasarkan pada maksud dan tujuan pemilihan yang jelas.
b. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik
c. dilihat dan segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
d. Alternatif Pilihan. Pada hakikatnya, memilih media merupakan suatu proses membuat keputusan dan berbagai alternatif pilihan.

Adapun prinsip pemilihan dan penggunaan media, menurut Sudjana (1991) ditulis pada bagian berikut :
a. Menentukan jenis media dengan tepat.
b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat.
c. Menyajikan media dengan tepat.
F. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
Faktor-faktor yang perlu Anda perhatikan dalam memilih media pembelajaran dijelaskan pada bagian berikut :
a. Objektivitas. Seorang guru harus objektif. Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pembelajaran atas dasar kesenangan pribadi.
b. Program Pembelajaran. Program pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isi, struktur, maupun kedalamannya.
c. Sasaran Program. Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu siswa mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berpikir, daya imajinasi, kebutuhan, maupun daya tahan siswa dalam belajarnya
d. Kualitas Teknik. Dari segi teknik, media pembelajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat atau belum.
e. Keefektifan dan Efisiensi Penggunaan. Keefektifan yang dimaksud di sini berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi yang dimaksud di sini berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut.
Ada enam langkah yang bisa kita tempuh pada waktu mengajar dengan mempergunakan media. Langkah-langkah tersebut disebutkan sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media.
b. Persiapan guru.
c. Persiapan kelas.
d. Langkah penyajian materi ajar dan pemanfaatan media.
e. Langkah kegiatan belajar siswa.
f. Langkah evaluasi pembelajaran.

BERMAIN BAGIAN DARI PENDIDIKAN

Disebutkan bahwa anak merupakan amanat Allah SWT yang oleh orang tuanya wajib dididik hingga menjadi anak yang shaleh. Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang, dalam usaha mendewaskan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Oleh karena sikap yang baik harus dipelajari, maka pendidikan dan bimbingan sikap ini perlu dan harus. Sejak dari dalam keluarganya sudah harus diperhatikan pendidikan disekolah dan dalam pergaulan. Memang tidak mudah hal ini dilaksanakan bila pihak sipendidik, yaitu orang tua, guru, pemimpin-pemimpin masyarakatnya tidak atau belum menguasai sikap yang baik itu. Latihan penguasaan sikap baik hanya dapat diberikan melalui pengalaman, melalui tauladan, dan hanya sedikit sekali melalui teori. Kebiasaan merupakan hal yang mendasari penguasaan sikap itu sehingga sebelum sesuatu merupakan kebiasaan, perlu dipilihkan kebiasaan-kebiasaan yang baik-baik saja.
Salah satu bentuk metode pendidikan untuk perkembangan sikap menurut Muhammad Abdullah adalah bermain. Bermain adalah dunia anak untuk mengembangkan potensi mengarah kepada kebiasaan yang baik dan pada akhirnya menjadi sikap yang baik.
Sabda Rasulullah SAW, “ Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Nasrani, Yahudi atau Majusi” Nah kewajiban orang tua ditekankan mendidik lebih baik lebih arif dan bijaksana dalam memilihkan alat bermain. Karena dalam bermain banyak hal yang akan diperoleh anak dan bisa mempengaruhi sikap dan kebiasaan anak.
Dalam bermain perlu keterlibatan orang lain dalam hal ini adalah orang tua. Nah agar potensi lebih berkembang optimal ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan orang tua, yaitu :
1. Berikan kesempatan seluasnya.
Orang tua menyediakan fasilitas untuk mendukung aktivitas kreatifnya. Tak harus dengan main edukatif yang harga selangit, bisa juga memanfaatkan barang-barang bekas di rumah.
2. Mendampingi saat bermain.
Kedekatan dan interaksi yang hangat serta komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sangat penting dalam mengembangkan potensi kreativitasnya. Dukung dan dorong minat serta rasa ingin tahunya dan selalu awasi agar anak tidak menggunakan benda-benda yang berbahaya.
3. Jangan terlalu ikut campur
Biarkan anak mengembangkan sendiri berbagai ide dalam benaknya. Dorong ia menggunakan seluruh potensi kreativitasnya, jangan paksa anak melakukanh sesuatu, beri kebebasan untuk bereksprimen.
4. Jangan emosional
Orang tua perl;u sabar, tidak marah, emosional, jika anak tampak putus asa berilah ia motivasi. Jelaskan bahwa anak sebenarnya memiliki potensi.

Di sekolah guru bertanggung jawab sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas memberi pengajaran pada murid-muridnya berdasarkan materi-materi pengajaran sesuai kurikulum. Sedangkan tanggung jawab sebagai pendidik terkait dengan tanggung jawabnya memberikan pendidikan dari segi moral dan psikologi. Dari sisi moral, guru harus memberikan contoh perilaku yang bermoral bagi anak didiknya. Sementara dari sisi psikologi guru harus memahami karakteristik murid-muridnya agar dapat memberi pengajaran sesuai karakter anak dan mendidik secara demokratis. Contoh, guru disekolah dasar harus memahami bahwa karakteristik murid-murid SD adalah masih banyak bermain dan memahami konsep melalui pengalaman langsung atau konkret. Dengan begitu penyampaian materi pelajaran idealnya dilakukan dengan cara bermain memberi contoh langsung. Saat belajar tentang tanaman maka tunjukkanlah tanamannya pada murid-murid, jangan cuma melihat di buku dan memori anak jangan dibebani dengan hapalan saja.

Pada akhirnya, disimpulkan oleh Muhammad Abdullah bahwa pelaksanaan pendidikan anak dengan metode bermain merupakan amanat besar dari Allah. Kesalahan dalam menerapkan metode merupakan pengkhianatan terhadap amanat besar itu dan mengingat besarnya tanggung jawab pendidik, maka Allah Yang Maha Suci akan memberikan imbalan yang pantas bagi mereka.

Bahan Bacaan pendukung :
1. Kesehatan Mental oleh Siti Meichati.M.A, Fakultas Psikologi UGM Yogyakrta
2. Majalah Nakita edisi 347, 26 Nopember 2005
3. Mempersiapkan Anak Saleh Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasulullah SAW Oleh Jalaludin, Jakarta PT Raja Grapindo Persada 2002.

Oleh : Muhammad Abdullah

APA ITU MEDIA PEMBELAJARAN

Menurut Heinich, dkk (1982) kata “MEDIA” merupakan bentuk jamak dari kata “MEDIUM” (bahasa latin) yang secara harfiah berarti “PERANTARA” (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran, media ini dapat diartikan sebagai berikut :
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm,1977).
b. Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide dan sebagainya (Bringgs, 1977).
c. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).

Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan wahana dari pesan atau informasi yang oleh sumber pesan (guru) yang ingin diteruskan kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah pesan/materi pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses/dialog mental pada diri siswa. Dengan perkataan lain, terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru), dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa proses belajar-mengajar telah terjadi. Media pembelajaran tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri siswa.
Media dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perhatian dan kemauan murid, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada murid-murid yang bersangkutan. Berdasarkan kenyataan di atas, media belajar memiliki peranan yang begitu penting. Dalam batas-batas tertentu media dapat menggantikan posisi guru sebagai sumber belajar. Nilai-nilai praktis dari media belajar antara lain sebagai berikut :
a. Dapat mengkongkritkan konsep yang abstrak.
b. Dapat menjelaskan objeck yang berbahaya.
c. Dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil.
d. Dapat digunakan untuk mengamati gerak yang terlalu cepat.
e. Dapat membangkitkan motivasi belajar bagi para murid.
f. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi belajar secara cepat, dan sebagainya.
Banyak temuan penelitian yang mengungkapkan keandalan media pembelajaran, diantaranya yang dilakukan oleh British Audio-Visual Assosiation bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui idera menunjukkan komposisi sebagai berikut :
a. Melalui indera penglihata (visual ) mencapai 75 %
b. Melalui indera pendengaran (auditori) mencapai 13 %.
c. Melalui indera sentuhan dan perabaan mencapai 6 %
d. Melalui indera penciuman dan lidah mencapai 6 %.
Dari hasil temuan ini dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan, padahal umumnya kita masih menganut pembelajaran secara verbal dengan mengandalkan indera pendengaran. Kondisi ini tentu saja kurang menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dengan adanya berbagai macam media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, maka media pembelajaran dapat dikelompokkan menurut jenis dan karakteristiknya sebagai berikut :
a. Media Visual, meliputi media visual tidak diproyeksikan (gambar mati, media grafis, realia dan model), media visual yang diproyeksikan (OHP, slides, filmstrips, power point)
b. Media Audio, seperti program kaset suara dan program radio.
c. Media Audio Visual, meliputi program video/telivisi dan program slide suara (soundsslide).

D. MEDIA VISUAL
Sesuai dengan namanya, media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (projected visuals). Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan media yang digunakan dibatasi hanya pada media visual yang tidak dapat diproyeksikan berupa gambar diam/mati (still picture)
Gambar diam/mati ini adalah gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi pelajaran yang disampaikan pada siswa. Gambar diam ini ada yang tunggal dan ada juga yang berseri, yaitu sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Media gambar yang dumaksudkan bertujuan untuk mengenalkan nama-nama dalam pembelajaran. Gambar-gambar tersebut dapat dijadikan alat bantu untuk memahami topik pembelajaran. Disamping itu, gambar-gambar tersebut juga dapat ditujukan untuk menstimulasi kegiatan berbicara dan menulis permulaan.
Wujud media gambar ini berukuran kecil 5 X 5 cm dan besar 20 X 20 cm. Ada yang memiliki warna asli sesuai dengan warna benda nyatanya dan ada yang hanya hitam putih saja.
Gambar-gambar benda tersebut dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, misalnya klasifikasi binatang piaraan, klasifikasi alat tulis, klasifikasi mebeler dan lain-lain. Apabila diperlukan penampilan gambar masing-masing klasifikasi maka dapat ditempatkan dalam kotak. Selanjutnya semuanya akan ditampung dalam satu kotak besar, yang di dalamnya terdapat kotak-kotak kecil.
Adapun kegunaan media gambar benda dapat digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pengenalan nama-nama benda mati dan benda hidup dalam bahasa Inggris, diiringi dengan ucapan guru dan bisa juga bersama tulisannya.
b. Pengulangan pembelajaran nama-nama tersebut lewat permainan.
c. Menciptakan suasana yang menarik dalam kelas.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar diam ini, yaitu :
a. Dapat menterjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi realistik.
b. Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender dansebaginya.
c. Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
d. Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa biaya
e. Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua pelajaran/disiplin ilmu.
Sedangkan keterbatasan dari media gambar diam ini terkadang ukuran gambarnya terlalu kecil jika digunakan dalam satu kelas, hanya berupa dua dimensi dan tida bisa menimbulkan kesan gerak.

Kesimpulan
Secara umum dari beberapa fungsi media pembelajaran dapat mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan dan lebih cepat. Fungsi lain yaitu untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar atau prestasi belajar siswa dengan menggunkan media pembelajaran dan salah satunya dengan media gambar akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi. Media pembelajaran juga dapat meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir secara lebih realistik.
Jadi jelaslah untuk mencapai prestasi belajar anak diperlukan penggunaan metode dan media pembelajaran oleh guru. Semakin seimbang perpaduannya maka akan meningkatkan situasi yang kondusif dalam mempertinggi prestasi belajar anak. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan media yang efektif dalam proses belajar anak memiliki keterkaitan dalam menarik minat dan perhatian anak belajar sehingga memperoleh prestasi belajar yang optimal

Pengaruh music sebagai media

MUSIK MERUPAKAN STIMULASI TERHADAP KESEIMBANGAN ASPEK KOGNITIF DAN KECERDASAN EMOSI

Abstrak: Penelitian-penelitian membuktikan bahwa musik memberikan banyak

manfaat kepada manusia atau siswa seperti merangsang pikiran, memperbaiki konsenstrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional, dll. Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, yang berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional. Siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif, dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai empati. Namun, pendidikan formal di Indonesia tidak menekankan keseimbangan antara aspek intelektual dan emosi. Keadaan ideal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan pembenahan untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui kurikulum pendidikan musik sebagai mata pelajaran wajib di tingkat SD dan SLTP.


1. Pendahuluan

1.2. Latar Belakang
Semua bangsa maju di dunia seperti Jerman, Amerika, Jepang, Inggris, Australia dan
negara Eropa pada umumnya adalah bangsa yang musikal. Pengertian musikal yang dimaksud disini adalah pertama dapat memainkan instrumen musik atau menyanyi dengan baik, pengertian kedua tidak dapat bermain musik atau menyanyi dengan baik, tetapi dapat mengapresiasikan musik.


Siswa-siswa setingkat kelas 1 sampai 4 SD di Amerika Serikat mendapatkan pelajaran
musik 75 menit setiap minggu, sejak kelas 5 mereka memperoleh pelajaran musik selama 80 menit. Oleh karena itu, mereka sudah dapat membuat koor dengan aransemen-aransemen yang sulit untuk tiga suara dan dapat memainkan beberapa instrumen musik. Di tingkat SLTP mereka memperdalam pelajaran musik pilihan dan mengadakan pertunjukan-pertunjukan. Tingkat SLTA mereka sudah melangkah dengan penekanan pada bentuk konser-konser. Oleh karena itu, mereka sudah mampu menyusun program-program musik yang sangat maju dengan membuat satu atau dua koor gabungan. Sebagian besar sekolah-sekolah di sana memiliki ruangan khusus musik, demikian juga di Australia.

Di Inggris anak usia TK yang berkemampuan membaca di bawah rata-rata, dapat mengejar teman-teman mereka yang di kelompok rata-rata sesudah mereka diperkaya dengan pelajaran musik tambahan, mereka belajar bernyanyi dalam sebuah kelompok melalui latihan ketepatan nada dan irama disertai dengan latihan kepekaan emosi, sebuah program yang sangat berstruktur dan dapat dinikmati anak-anak.

Universitas-universitas di Jepang banyak yang mempunyai orkes Symphony sebagai
kelanjutan dari pelajaran musik yang mereka terima di tingkat SD, SLTP dan SLTA.

Begitu pun semua sekolah unggulan memasukkan mata pelajaran musik sebagai materi wajib intrakurikuler dan diperkaya dengan kegiatan ekstrakurikuler, dimana materi pelajaran musik yang diajarkan meliputi musik universal dan musik tradisional, nampaknya hasil pembelajaran siswa-siswa sekolah unggulan pun rata-rata sangat baik.

Namun kurikulum nasional di Indonesia, hanya menekankan perkembangan intelektual semata dan kurang memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Hal ini tampak dengan banyaknya tawuran pelajaran di tingkat sekolah menengah dan tingkat lanjutan pertama, siswa sekolah dasar terbebani dengan padatnya mata pelajaran yang harus dihafal dan yang harus dikerjakan sehingga pembelajaran menghapus keceriaan anak pada masa perkembangannya.

Tampaknya pada kurikulum (1994) yang berlaku, aspek keseimbangan tersebut belum
terpenuhi. Kurikulum pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan perkembangan
intelektual semata dan tidak memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Melihat alokasi waktu mata pelajaran musik setiap minggu hanya waktu 2 x 45 menit, (GBPP kurikulum mata pelajaran kesenian 1994) yang masih terbagi dengan mata pelajaran seni tari, seni rupa, dan kerajinan tangan.

1.2. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan ilmu pengetahuan tentang teori peran
pendidikan musik esensial diberikan dalam pendidikan integral agar peserta didik dapat memperoleh keseimbangan fungsi otak kiri dan kanan yang merupakan pendidikan humanis. Mencari solusi dalam rangka untuk memperbaiki penyimpangan krisis moral yang terjadi pada siswa-siswa sekolah. Memberikan sumbangan pemikiran kepada penentu kebijakan kurikulum Depdiknas agar memasukkan pendidikan musik ke dalam kurikulum nasional di tingkat pendidikan dasar.

2. Kajian Teori
Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (EQ). Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu.
Siegel, 1999 mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang Alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron otak.

Hal yang sama dikemukakan Campbell 2001 dalam bukunya Efek Mozart) mengatakan musik
Barok (Bach, Handel dan Vivaldi) dapat menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam belajar. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Masih banyak lagi jenis-jenis musik lain mulai dari Jazz, New Age, Latin, Pop, lagu-lagu, Gregorian bahkan gamelan yang dapat mempertajam pikiran dan meningkatkan kreativitas.

Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang
berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.

Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan motorik anak mengenal dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang spatial, arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain.

Kesadaran anak akan tempo dapat bertambah melalui aktivitas bergerak dan bermain
yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Kemampuan-kemampuan visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak.

Gallahue, (1998) mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.

Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron(sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasaradanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Selanjutnya, Gordon Shaw (1996) dalam newsweek (1996) mengatakan kecakapan dalam
bidang yakni matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak melalui musik. Dengan melakukan penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui pendidikan musik sehingga sirkuit pengatur kemampuan matematika menguat.

Musik berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks. Didukung pula oleh Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Jadi, ada hubungan logis antara musik dan matematika, karena keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu ketukan dalam musik dan angka dalam matematika.

Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bawha pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi manusia yang berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya.

Implementasi dari penelitian tersebut, pendidikan kesenian sewaktu di SD mempengaruhi
keberhasilan studi pada pendidikan berikutnya. Dengan demikian, diasumsikan bahwa
pendidikan kesenian di SD termasuk faktor penentu dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

2.2. Musik Sebagai Pendekatan Belajar
Berbagai sirkuit pada otak mempunyai waktu perkembangan yang berbeda-beda. Merangsang
anak pada waktu masa perkembangan yang tepat bisa memaksimalkan kemampuannya. Kemampuan matematika dan logika ada dalam korteks otak yang berdekatan dengan kemampuan musik dengan masa pembentukan 0 – 4 tahun. Untuk itu perlu dilakukan bermain hitungan sederhana bersama anak melalui media musik dalam mengajarkan berhitung, misalnya satu piring, satu garpu, satu sendok, saat bersantap di meja makan.

2.3. Musik dan Kecerdasan Emosi

Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu

korteks, (kadang-kadang disebut neokorteks) sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurangi emosi yaitu sistem limbik. Padahal keduanya mempunyai hubungan. Interaksi yang disebabkan rangsangan bunyi musik yang menentukan kecerdasan emosional.

Korteks adalah bagian berpikir otak dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. Sistem limbik merupakan bagian emosional otak. Sistem meliputi ini thalamus, yang mengirimkan pesan-pesan ke korteks; hippocampus, yang berperan dalam ingatan dan penafsiran persepsi; dan amigdala, pusat pengendalian emosi

Menurut peneliti Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat
berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak.

Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang
sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.

Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain,
menghayati pengalaman kehidupan dengan "perasaan", adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri itu).

Proses mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang inherent terdapat pada setiap manusia. Untuk dapat merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan, ternyata dapat dirangsang dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik sejak masa dini.

Campbell 2001 dalam bukunya efek Mozart mengatakan musik romantik (Schubert, Schuman, Chopin, dan Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati.Musik digambarkan sebagai salah satu "bentuk murni" ekspresi emosi. Musik,mengandung berbagai contour, spacing, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang,luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.

Suzuki (1987) dalam Utami Munandar mengatakan bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang dan disiplin akan tumbuh dalam dirinya. Inilah keajaiban musik. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi



Peter Salovey dan John Mayer (1990) dalam Shapiro (1997) menerangkan kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali emosi diri. Sternberg dan Salovery dalam Shapiro (1997) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap. Dalam hal ini, sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, profesi sampai kepada pemilihan pasangan hidup.



Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari.



Kepekaan akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh. Kemampuan motivasi adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Seperti apa yang kita cita-citakan dapat diraih dan mengisyaratkan adanya suatu "perjalanan" yang harus ditempuh dari suatu posisi di mana kita berada (Point of Departure, POD) ke suatu titik tiba (Point of Arrival, POA) dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Evelyn Pitcer dalam Kartini (1982) mengatakan musik membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka.

Kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial
yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok (group) dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Jelas bahwa
individualitas dan sosialitas merupakan unsur-unsur yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam eksistensi anak.

Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak dapat berkembang secara lebih optimal.

Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal "Emotional
Intelligences (EQ)", memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli.
Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996).

2.5 Penyusunan Kurikulum yang Ideal
Sprinthall dan Sprinthall (1974) dalam Teori Belajar mengemukakan bahwa perkembangan kognitif tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak, harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan musik di sekolah.

Agar terjadi keseimbangan antara belahan otak kiri dan kanan, keajaiban musik dapat
menyehatkan jiwa, menciptakan kegembiraan sebagai pendekatan belajar untuk mengajarkan berhitung, mengajarkan sopan santun dan lain sebagainya, dengan musik siswa dapat menyalurkan emosinya secara positif sehingga dapat mencegah terjadinya tawuran sesama pelajar.

Secara eksplisit dalam GBHN disebut bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk pembangunan sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan sesama manusia merupakan fokus kurikulum masa depan sebagaimana yang dikerangkakan yaitu Ipteks Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.

Dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan manusia yaitu perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan moral yang ikut menentukan keberhasilan anak.

Pelajaran apa saja yang mengandung aspek-aspek tersebut yang dapat menjadikan siswa

pandai dan beriman melalui pelajaran agama, yang menjadikan siswa sehat raga melalui

pelajaran olah raga, sehat jiwa melalui pelajaran musik, yang menjadikan siswa berbudaya serta cinta tanah air melalui pendidikan seni melalui ciri masing-masing daerah dan lain sebagainya, semua aspek tersebut dapat menyeimbangkan belahan otak kanan dan kiri yang akhirnya dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya, memang hasil yang dirasakan/didapat bersifat abstrak, bukan bekal berupa keterampilan, tetapi esensial untuk diberikan jika ingin memanusiakan manusia.

3. Penutup

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
(1) Musik memberikan rangsangan terhadap jalinan antara neuron, sehingga neuron yang bertautan akan meningkatkan kemampuan matematika dan emosi.
(2) Musik merangsang pikiran.
(3) Musik memperbaiki konsentrasi dan ingatan.
(4) Musik membuat siswa lebih pintar.
(5) Musik meningkatkan aspek kognitif.
(6) Musik membangun kecerdasan emosional.
(7) Siswa yang mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran logis, sekaligus cerdas, kreatif dan mampu mengambil keputusan dan mempunyai empati.
(8) Dengan pendidikan musik, anak memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan, artinya terdapat keseimbangan antara aspek kognitif dan aspek emosi.